Perubahan Iklim dan Pembangunan Perkotaan
Perubahan Iklim dan Pembangunan Perkotaan Sebagai salah satu negara tropis dengan kawasan hutan besar, Indonesia diharapkan memainkan peran penting dalam menyerap emisi karbon dioksida yang menyebabkan peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Pemerintah Indonesia menetapkan target untuk mengurangi emisi karbon sebesar 26 persen pada tahun 2020 melalui banyak cara termasuk perluasan hutan baru sebanyak setengah hektar per tahun, perluasan hutan masyarakat sekitar 4 juta hektar, dan penurunan panas bintik-bintik sekitar 20 persen.(www.bappenas.go.id)
Perubahan iklim adalah iklim suhu udara dan curah hujan yang mengalami perubahan secara signifikan karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer.
Penurunan emisi karbon dioksida untuk mengatasi pemanasan global bukan hanya tanggung jawab mereka yang bekerja di hutan, tetapi juga dari semua warga negara. Penduduk kota juga memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon dioksida.
Aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar fosil adalah penyumbang besar dalam pemanasan global. Meningkatkan efisiensi penggunaan listrik seperti penerangan, pendinginan atau penggunaan alat elektronik dan daur ulang adalah beberapa cara yang dapat ditawarkan untuk mengatasi pemanasan global.
Wilayah Hijau
Perkotaan Pembangunan kota dapat juga ditujukan untuk mengatasi pemanasan global. Daerah hijau perkotaan sering dikorbankan dalam pembangunan perkotaan untuk mengikuti pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat. Jakarta, misalnya, pada tahun 1965 memiliki area hijau sebanyak 30% dari total wilayah Jakarta, dan proporsi area hijau telah menurun menjadi 9,3% pada tahun 2009.
Wilayah Hijau
Perkotaan Pembangunan kota dapat juga ditujukan untuk mengatasi pemanasan global. Daerah hijau perkotaan sering dikorbankan dalam pembangunan perkotaan untuk mengikuti pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat. Jakarta, misalnya, pada tahun 1965 memiliki area hijau sebanyak 30% dari total wilayah Jakarta, dan proporsi area hijau telah menurun menjadi 9,3% pada tahun 2009.
Penurunan area hijau juga terjadi di sebagian besar kota di Indonesia. Kawasan hijau merupakan komponen penting dari pembangunan perkotaan, tidak hanya untuk menciptakan kota yang lebih indah dan hijau, tetapi juga untuk menyerap karbon dioksida dari aktivitas manusia khususnya transportasi.
Kawasan hijau juga dapat memainkan peran mitigasi dampak perubahan iklim seperti banjir dan kenaikan permukaan laut. Area hijau bisa menjadi daerah tangkapan air untuk mencegah banjir. Di daerah metropolitan, seperti kota Makassar, kerentanan wilayah terhadap pemanasan global akan lebih tinggi karena penurunan tanah yang disebabkan oleh eksploitasi air bawah tanah yang luas.
Perluasan area hijau harus menjadi salah satu prioritas Perubahan Iklim dan Pembangunan Perkotaan di Indonesia.
Kawasan hijau juga dapat memainkan peran mitigasi dampak perubahan iklim seperti banjir dan kenaikan permukaan laut. Area hijau bisa menjadi daerah tangkapan air untuk mencegah banjir. Di daerah metropolitan, seperti kota Makassar, kerentanan wilayah terhadap pemanasan global akan lebih tinggi karena penurunan tanah yang disebabkan oleh eksploitasi air bawah tanah yang luas.
Perluasan area hijau harus menjadi salah satu prioritas Perubahan Iklim dan Pembangunan Perkotaan di Indonesia.
Cita-cita kawasan hijau di daerah perkotaan adalah 30% dari total wilayah perkotaan sebagaimana diatur dalam UU Penataan Ruang 26/2007.
Angka ini tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin untuk mencapai keduanya. Akhir-akhir ini, pemerintah Jakarta menutup 27 SPBU yang terletak di area hijau dan mengubahnya menjadi area hijau. Keputusan seperti itu menunjukkan komitmen yang kuat dari pemerintah Jakarta untuk memperluas area hijau dan dapat diikuti oleh kota Makassar dan kota lain di Indonesia atau bahkan di dunia.
Mass Transit dan Urban Sprawl
Pembangunan perkotaan di daerah metropolitan seperti Makassar perlu mengembangkan transportasi massal seperti kereta bawah tanah dan monorail. Transportasi publik saat ini seperti busway dan transportasi umum lainnya perlu memperluas layanan dan berintegrasi dengan kebutuhan dan keterjangkauan penduduk.
Mengubah kendaraan pribadi menjadi transit massal atau transportasi umum lainnya akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Penurunan penggunaan bahan bakar per kapita dalam transportasi akan secara signifikan mengurangi emisi karbon.
Perencana kota perlu menghindari urban sprawl. Pemekaran perkotaan tidak efisien, tidak hanya dalam penyediaan infrastruktur tetapi juga dalam konsumsi bahan bakar. Penyebaran urban akan menghasilkan jarak perjalanan yang lebih lama bagi penduduk dan mengkonsumsi lebih banyak bahan bakar. Daerah perkotaan harus direncanakan sebagai kota yang padat.
Perencana kota perlu menghindari urban sprawl. Pemekaran perkotaan tidak efisien, tidak hanya dalam penyediaan infrastruktur tetapi juga dalam konsumsi bahan bakar. Penyebaran urban akan menghasilkan jarak perjalanan yang lebih lama bagi penduduk dan mengkonsumsi lebih banyak bahan bakar. Daerah perkotaan harus direncanakan sebagai kota yang padat.
Daerah pinggiran kota harus diarahkan sebagai daerah mandiri dan itu akan mengurangi perjalanan penduduk pinggiran kota ke daerah dalam kota.
berikut adalah artikel berjudul Perubahan Iklim dan Pembangunan Perkotaan.
Posting Komentar untuk "Perubahan Iklim dan Pembangunan Perkotaan"
Silahkan Berkomentar dan berdiskusi