Formula E dan keberlanjutan kota Jakarta
Kehadiran presiden Jokowi di lintasan sirkuit formula-e memberikan motivasi kepada pemerintah DKI Jakarta untuk menyukseskan event formula-e dengan segenap agenda-agendanya.
Sirkuit yang akan bernama Sirkuit Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) telah rampung 100% dan penyelenggaraan akan siap tepat pada waktunya. Kota DKI Jakarta akan terlibat menjadi salah satu kota yang menyelenggarakan Event formula yang dekat dengan ramah energi dan lingkungan.
Jika kita mengingat Kembali reaksi publik dan tokoh- tokoh mengenai event ini seperti desakan partai solidaritas Indonesia yang termuat dalam media CNN Indonesia PSI Respons Jokowi Tinjau Sirkuit Formula-e: Bukti Concern dari Pusat mengungkapkan bahwa balapan formula-e ini tidak tercantum dalam Rencana Jangka Menengah Daerah atau RJMD DKI Jakarta, yang memakan anggaran triliunan.
Dalam artikel "Melihat Kondisi Monas yang Batal Jadi Arena Formula-e" pemakaian Monas menjadi venue Formula-e memang menuai pro-kontra sejak awal mula diumumkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 10 September 2019.
Penolakan datang dari berbagai pihak dengan pertimbangan utama: ada cagar budaya di kawasan Monas.
Sejarah Balapan Jalanan serba Listrik
Ide untuk seri balap jalanan serba listrik dimulai tidak lebih dari kumpulan catatan di atas serbet.
Dikutip dari Fiaformulae.com, artikel berjudul History of Formula-e bahwa konsep formula-e bermula pada malam 3 Maret 2011, Presiden FIA Jean Todt dan pengusaha Spanyol, Ketua Formula-e Alejandro Agag, bertemu di sebuah restoran Paris dan mengumpulkan pemikiran mereka hanya dalam beberapa kata tentang apa yang akan menjadi single internasional all-electric pertama di dunia.
Misi pendiri Formula-e adalah untuk mengadakan balapan yang melalui jalan-jalan di kota-kota paling ikonik di dunia, dengan grid yang penuh dengan pembalap dan tim terbaik di sekitarnya untuk menunjukkan kemampuan mobilitas berkelanjutan dengan mengemudikan kendaraan listrik dalam perlombaan untuk masa depan yang lebih baik dan lebih bersih.
Sejak memulai debutnya di lapangan Olympic Park di Beijing pada tahun 2014, Formula-e telah berkembang menjadi merek hiburan global dengan motorsport sebagai jantungnya.
Kalender perdana membawa Formula-e ke empat belas negara dan berlomba di jantung kota-kota besar di seluruh dunia termasuk London, Miami, Beijing, dan Berlin.
Dikutip dari EnelX.com dalam artikel berjudul Formula-e vs Formula 1: what are the differences? Perbedaan utama antara Formula-e vs Formula 1 yaitu Formula-e adalah seri balap semuanya menggunakan listrik sementara Formula 1 menampilkan pembalap hibrida dengan mesin pembakaran internal yang ditenagai oleh bahan bakar fosil.
Formula 1 memiliki musim perdananya pada tahun 1950, sedangkan Formula-e memulai debutnya pada tahun 2014.
Konsep Formula-e Dalam Keberlanjutan Perkotaan
Dengan mempertemukan 11 produsen terbesar dunia di jalanan kota, Formula-e mempromosikan adopsi mobilitas berkelanjutan di pusat kota dalam upaya memerangi polusi udara dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Sirkuit yang digunakan untuk perlombaan ini adalah sirkuit jalanan, wajar saja jika pada awalnya DKI Jakarta merujuk pada kawasan monumental dan ikonik di yaitu Kawasan tugu Monas.
Pengecualian ePrix Kota Meksiko, yang digelar didalam sirkuit permanen Autódromo Hermanos RodrÃguez, dan uniknya Berlin ePri menggunakan Bandara Berlin Tempelhof sebagai sirkuitnya.
Sirkuit-sirkuit panjangnya bervariasi dari 2 ke 3 Km, contohnya Sirkuit Jalan Raya Long Beach dan Circuit de Monaco.
ePrix biasanya memiliki jarak tempuh balapan dari 80s sampai 90 Km.
Konsep Manajemen karbon diterapkan Sejak musim perdananya, Formula-e telah bekerja dengan ahli jejak karbon Quantis untuk melakukan penilaian siklus hidup, yang digunakan untuk memantau dan menghitung jejak karbon kejuaraan.
Penilaian siklus hidup adalah alat yang digunakan untuk menilai secara holistik dampak lingkungan, sosial dan ekonomi dari keseluruhan kejuaraan. Keseluruhan Emisi pada musim ke tujuh musim balap mereka yaitu 19.600 t CO2 -eq. versus 20.000 t CO2 -eq. Pada Musim Enam.
Konsep Pengelolaan sampah dan daur ulang Rata-rata di semua acara Formula-e, 52% limbah didaur ulang, yang meningkat menjadi 90% untuk balapan di Uni Eropa dan AS. Penjaga Daur Ulang Formula-e untuk mendorong dan mendidik tim, staf, dan penonton tentang cara memaksimalkan daur ulang.
Konsep Air dan plastik Penyelenggara menyediakan air gratis dan kantong yang dapat digunakan kembali kepada Penonton untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di lokasi. Salah satu program aksinya yaitu lebih dari 32.000 liter air didistribusikan melalui Stasiun Hidrasi Allianz di e-Village sejak Musim Kelima, menghemat setara dengan lebih dari 300.000 botol plastik sekali pakai 330ml agar tidak diangkut ke acara dan dibuang setelah digunakan.
Melibatkan masyarakat local Setiap musim, Kami membawa kelompok masyarakat lokal dan sekolah untuk mengunjungi acara tersebut dan belajar langsung tentang kegembiraan kendaraan listrik, peran mereka dalam mobilitas masa depan yang berkelanjutan, dan dampak polusi udara dalam kota.
Kesetaraan Gender, Program ini bertujuan untuk meningkatkan persentase wanita dalam olahraga motor dengan mengundang wanita muda dari usia 8 hingga 18 tahun untuk menemukan, secara gratis, berbagai aspek olahraga motor dan industrinya, melalui serangkaian kegiatan dan lokakarya. n mempromosikan kesetaraan gender dengan cara yang inovatif, menarik, dan positif.
Konsep FIA dalam Smart City, Selama beberapa musim, Forum Kota Cerdas FIA menyatukan para ahli dari berbagai bidang mobilitas berkelanjutan untuk menunjukkan bagaimana kota dapat tumbuh dengan cara yang lebih berkelanjutan dan inklusif, memanfaatkan teknologi inovatif sebaik mungkin dan menyerukan pembuatan kebijakan yang efektif.
Melalui kemitraan dengan UNICEF, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa, event formula-e mencoba untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman, lebih inklusif, dan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang, serta menyediakan alat bagi anak-anak untuk mencapai potensi penuh mereka.
Agenda agenda diatas dinilai mampu mengangkat kota DKI Jakarta dalam percaturan internasional sebagai kota yang peduli dan memahami isu-isu strategis yang disematkan dalam event formula-e selain perlombaan balapnya.
Manfaat Formula-e Bagi stakeholder kota DKI Jakarta?
Data jumlah pariwisata Kota DKI Jakarta 5 tahun terakhir berdasarkan jumlah pengunjung dari luar negeri merujuk pada data Badan pusat statistik Kota DKI Jakarta pada 2015 sebanyak 2,3juta, kemudian 2016 sebanyak 2,5 juta, pada tahun 2017 sebanyak 2,8 juta tahun 2018 sebanyak 2.8juta jiwa, kemudian menurun pada 2019 sebanyak 2,4 juta dan sisa 435 ribu pada tahun 2020. Rata-rata pengunjung Kota DKI Jakarta dari luar negeri tiap tahunnya sebanyak 2,5 juta. Potensi meningkatnya jumlah Wisatawan asing ke DKI Jakarta bertambah sangatlah besar.
Data Badan pusat statistik Kota DKI Jakarta mengenai lokasi objek wisata unggulan di DKI Jakarta, kawasan Taman Impian Jaya Ancol adalah kawasan yang paling tinggi yaitu 17juta pengunjung setiap tahun, demikian pemindahan lokasi sirkuit dari Tugu Monas dinilai cukup beralasan walaupun PT Jakarta propertindo (Jakpro) harus membangun sirkuit baru, yang sebenarnya bukan lokasi ideal dari event ini yaitu jalan ikonik.
Apakah Formula-e Bisa Menaikkan Sektor Pariwisata?
Pertanyaan ini dijawab dengan gamblang pada artikel The Reality Behind Formula-e’s TV Descent and Recovery , Secara keseluruhan Formula-e menyatakan bahwa ada penonton kumulatif 316 juta musim lalu, naik 32% dari penghitungan musim sebelumnya (2019/20) 239 juta. Musim pertama Gen2 adalah 411m.
Apakah selesai dari formula-e ini, masalah utama Kota DKI Jakarta seperti banjir dan kemacetan bisa teratasi Atau hanya mimpi?
Setidaknya kita bisa mendapatkan surplus potensi pariwisata internasional dan Kota DKI Jakarta mencoba mewujudkan visi misinya yang dikutip dihalaman VISI JAKARTA SMART CITY, Mewujudkan Jakarta kota maju dengan layanan publik berbasis IT (smart city) yang menyelesaikan berbagai permasalahan kota dan warga secara efektif.
Posting Komentar untuk "Formula E dan keberlanjutan kota Jakarta"
Silahkan Berkomentar dan berdiskusi