Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Studi Peluang Kemenangan Pemilu Walikota Balikpapan 2020

 Pemilihan umum kepala daerah kota Balikpapan digelar pada tanggal 9 desember 2020, pasangan yang akan berkompetisi di pemilihan ini adalah bapak Rahmad Masud berpasangan dengan Thohari Azis akan melawan kotak kosong atau tidak ada pribadi yang mewakili dan siap berkompetisi pada pemilihan umum kali ini.

Partai partai besar telah setuju dan menyatakan dukungannya beserta kemampuannya untuk memenangkan pasangan ini, partai PKB, Demokrat, Gerindra, PKS, PDIP , Golkar dan Partai perindo telah bergabung untuk menjadi koalisi.  ketujuh partai ini sudah memiliki basis kemenangan yang sangat baik karena terbukti pada pemilu dewan perwakilan daerah pada 2019, partai partai ini memiliki 77% kemenangan secara mutlak suara partai dan suara perwakilannya.

Berdasarkan data hasil pemilu 2019 total jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya adalah total adalah 342.013, partai demokrat mendapatkan 27.647 suara, partai perindo mendapatkan 8.740 suara, partai PKS dengan 36.264 suara, Golkar 70.773 suara, PDIP 11.432 suara, PKB 2.746 suara dan Gerindra dengan 36.708 suara. total suara mendapatkan 246.424 suara, persentase total suara dari pemilu 2019 adalah 72%, seperti dijabarkan di tabel dibawah.


Penjabaran jumlah hasil pemilu 2019 kesemua peserta pemilu dapat dilihaat di grafik di bawah ini :

Hasil tambulasi kemenangan pemilu 2019 untuk semua partai peserta bisa dilihat digrafik dibawah ini:
Bagaimana peluang kotak kosong untuk menang? menurut penulis, sebaran data kemenang partai partai besar yang berhasil dirangkul oleh peserta Bapak Rahmad Masud dan pasangannya sudah dapat mencerminkan bagaimana peluang yang harus dianalisa. sebaran peserta pemilih dari 6 kecamatan dikota Balikpapan seperti Balikpapan selatan, Balikpapan tengah , Balikpapan Timur dan Balikpapan barat, utara semua dimenangkan oleh 3 parta besar yaitu Gerindra, PDIP dan Golkar. Analisa sederhana ini membuat peserta pemilu menjadi sangat tidak sehat karena, dengan merangkul partai partai besar kedalam koalisi, dan partai partai besar tersebut tidak memberikan opsi kepada masyarakat untuk memilih kandidat yang terbaik, menjadi pemilu bersifat kemunduran karena tidak menjadi kompetitif namun berorientasi pada golongan saja.
Apakah trend pemilu seperti ini akan berlanjut di 5 tahun kedepan, seorang kandidat melawan kotak kosong, hal ini pernah kali terjadi di pemilihan walikota Makassar pada tahun 2018. Kemenangan kotak kosong menjadi sebuah keanehan dalam pemilu sehingga masyarakat tidak memiliki opsi untuk memilih kandidat terbaik, sehingga memilih sesuatu yang tidak prospektif. Semoga hal ini menjadi berbeda di 5 tahun kedepan karena kali ini pada pemilu 2020 kota Makassar memiliki 4 pasang peserta.

referensi artikel :



Posting Komentar untuk "Studi Peluang Kemenangan Pemilu Walikota Balikpapan 2020"