Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Sistem kebijakan Industrialisasi dan Urban Bias

urban bias dan industrialisasi, sumber gambar

Pada dasarnya urbanisasi berlebih mempunyai korelasi terhadap perkembangan industrialisasi. Kebijakan-kebijakan di sektor industri mendorong keinginan masyarakat untuk ikut serta merasakan kemudahan ekonomi akibat adanya industri. 

Kebijakan yang mengutamakan kota (urban bias) akan memperlebar jarak jurang pertumbuhan perekonomian antara perkotaan dan pedesaan. Keadaan ini mendorong potensi dan dampak pada tingkat migrasi penduduk yang tinggi, meskipun level jumlah pengangguran di perkotaan juga meningkat terus. 

Selama angka upah di desa tetap rendah dan upah di kota memiliki margin lebih tinggi dari semestinya, maka kaum mirgan pencari kerja dari pedesaan akan terus menerus berdatangan ke kota untuk mencari perekonomian yang lebih baik.

Kebijakan industrialisasi dan kecenderungan mengabaikan daerah pedesaan yang menyebabkan arus urbanisasi yang pesat. 
"Tingkat pertumbuhan penduduk di pedesaan tetap tinggi, kemiskinan di desa semakin meningkat dan upah serta pendapatan di kota tetap lebih tinggi". 
Dorongan kemiskinan di wilayah pedesaan dan daya tarik perekonomian dan pendapatan tinggi di kota mengakibatkan gejala pertama dari urbanisasi berlebih. Industrilisasi yang pesat dianggap sebagai satu-satunya model pembangunan ekonomi terlalu berpusat di perkotaan. 

Secara Teori Perkotaan  

industrialisasi adalah tahapan atau proses pengembangan industri dalam sebuah komunitas kota atau negara. 
Encyclopaedia Britannica juga menjabarkan maksud dari industrialisasi adalah proses konversi sebuah komunitas, kota, negara dalam perkembangan menuju tatanan sosial ekonomi yang lebih mengutamakan dominasi industri. 

Menurut Lincolin Arsyad, industrialisasi adalah peralihan sistem perekonomian dari sistem konvesnisonal menuju proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh sektor ekonomi yang berkaitan.

Beberapa teori yang menjabarkan bagaimana sebuah negara sedang berkembang melakukan modernisasi pada tahun 1950an. Kemudian muncullah kebijakan yang memprioritaskan pada revolusi industrialisasi.

Investasi, modal, sumber pendanaan adalah faktor utama untuk meningkatkan sebuah komunitas, kota dan negara untuk mengkonversikan sistem perekonomiannya menjadi sebuah industrialisasi. Pembangunan besar besaran pada jalan raya dan pelabuhan guna memudahkan pabrik-pabrik dalam negeri berinteraksi dengan dunia luar. 

Pemerintah dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mengadakan investasi atau sistem pemodalan dari pendapatan atau peminjaman modal yang dapat mendukung industrialisasi. Pemerintah memiliki peran kunci dalam mengatur pertumbuhan perekonomian hampir di semua negara negara yang berkembang. 

Pemusatan para pembuat kebijakan di kota-kota besar dan biasanya terletak dipusat kota atau ibu kota, mendorong para produsen barang dan jasa hanya berpusat di kota itu saja, sehingga industrialisasi hanya terpusat pada kota kota besar saja.

Wilayah ibu kota atau perkotaan besar telah memiliki sistem transportasi, infrastruktur dan komunikasi yang terbaik, hal ini dapat mengurangi biaya produksi serta distribusi. 

Ada opini tambahan yang bisa di dapat yaitu jika suatu industri berkembang disebuah wilayah dengan baik, maka berbondong bondong perusahaan baru memilih untuk pindah ke daerah tersebut.

Mengantisipasi perubahan sistem industri padat karya menuju industri padat modal di negara maju membutuhkan waktu yang lama untuk menyerap para migran pedesaan di sektor industri. Sejalan dengan meningkatnya industri maka jumlah pekerja semakin sedikit yang dibutuhkan.

Saya juga berpendapat bahwa peluang kerja di sektor industri padat modal, seharusnya tidak dianggap hanya satu satunya peluang untuk berkembang namun sektor pariwisata lainnya juga bisa digarap tanpa mengabaikan pembangunan ekonomi industrialisasi.

Pemikiran tentang penggunaan industri padat modal yang menggunakan teknologi industri modern setidaknya menjadi penghambat penyerapan tenaga kerja padat karya yang setiap tahunnya naik di perkotaan. 

Peluang negara berkembang adalah masih seimabngnya antara industri padat karya dan industri padat modal, hal ini dapat dilihat pada hasil urbanisasi suatu kawasan yang terserap disamping sektor informal yang bisa menjadi jurang penghubung urbanisasi ini. 

Pertumbuhan sektor jasa memiliki sifat ketergantungan pada sektor komoditi modern. Peningkatan jumlah pengangguran diperkotaan juga wujud dari keterbatasan pada sektor informal perkotaan yang produktif. 

Kebijakan-kebijakan industrialisasi diperiode sebelumnya dianggap gagal dalam mendorong masyarakat untuk tumbuh secara ekonomi, hal ini menyebabkan makin parahnya permasalahan kemiskinan, pengangguran, migrasi besar-besaran. 

Dengan menciptakan kawasan industri industri baru yang tertata rapi dengan memisahkan pusat kota dengan kawasan industri diluar kota menjadi pilihan pemerintah guna memperlambat pola pertumbuhan ekonomi lebih merata.

Kebijakan bersamaan dengan teori teryata berlawanan dengan pertumbuhan di pedesaan, teori teori tersebut lebih mengatur peranan perkotaan daripada pedesaan. peningkatan pendanaan pada pedesaan diharapkan menjadi strategi agar pedesaan juga bisa menumbuhkan perekonomiaannya dalam aspek formal dan informal. 

Kebijakan industrialisasi dan penanggulangan urbanisasi di segala sektor, memiliki harapan besar pada sistem terintegrasi pada perkotaan dan pedesaan yang tercermin dalam sistem pembangunan ekonomi ini setidaknya diharapkan dapat menghindari pemusatan penduduk migran pencari kerja menuju perkotaan saja.

Posting Komentar untuk "Memahami Sistem kebijakan Industrialisasi dan Urban Bias"